Ikatlah Ilmu itu dengan Tulisan - Ali ibnu Abu Tholib

Assalamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Selamat datang saudaraku, kami ucapkan dalam blog ini semoga dapat memberi manfaat kepada anda dengan keberadaan blog ini. terimakasih telah mengunjungi kami.

Wasslamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

"Remember God in prosperity, and He will remember you in adversity (Ingatlah Allah dalam keadaan senang, niscaya Alah akan mengingatmu dalam keadaan susah." - Muhammad SAW.

Jumat, 21 Juni 2013

Rosulullah pun Dianggap Gila

Rosulullah pun Dianggap Gila


Dalam perjalanan sebuah dakwah seorang da’I Islam tentunya diminta untuk senantiasa berpegang teguh dengan alur dan pedoman yang sudah Alloh ajarkan kepada umatnya. Al Qur’an dan sunnah Rosul merupakan kunci utama kesuksesan dakwah. Setiap da’i tidak boleh berpaling dari keduanya. Apabila ia mengalami hambatan dan cobaan maka hendaknya ia kembalikan lagi pada kitab Alloh, apabila tidak ditemukannya pada kitab Alloh maka cobalah ia simak satu persatu hadist yang telah Rosulullah saw pesankan kepada kita.

Mengenai hambatan dan cobaan dalam dakwah merupakan hal yang tidak dapat terelakkan. Dan ini adalah merupakan salah satu ciri dakwah yang produktif. Alloh sendiri berpesan dalam surat Al Balad terkait dengan jalan dakwah yang kita tempuh, jalan yang mendaki lagi sukar. Lalu dijelaskan pula seperti apa
pengobanan yang harus dilakukannya. Kesabaran dan saling mengingatkan dan berkasih sayang merupakan kunci keimanan dalam berjamaah dalam dakwah.

Apabila kita membuka kembali sirah nabi dalam karakteristik dakwah ke tujuh belas, maka akan kita jumpai berbagai tantangan yang Rosulullah hadapi dalam berdakwah. Usaha-usaha negatif yang dilakukan musuh dalam menghadapi dakwah tidak hanya sampai pada cacian dan makian yang dilemparkan kepada Rosulullah.
Al-‘Allamah al-Mubarakfuri menyebutkan beberapa bentuknya, diantaranya sebagai berikut.
  1. Menghina, melecehkan, mendustakan, dan menertawakan yang ditujukan untuk mengalahkan kaum muslimin dan melemahkan kekuatan moral mereka. Misalnya, mereka menuduh Nabi saw dengan beraneka tuduhan buruk dan sebagainya.
  2. Merusak ajaran Islam dengan menyebarka berbagai gambaran palsu dan menimbulkan keraguan, afar masyarakat awam tidak dapat lagi menerima dakwahnya.
  3. Mempertentangkan al-Qur’an dengan kisah-kisah orang terdahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu. An-Nadhar bin al-Harits pernah pergi ke Hirah (luar negeri) untuk mempelajari dongeng-dongeng para raja Persia, kisah-kisah Rustum dan Isfandiar. Manakala Rasulullah saw duduk disebuah majelis untuk mengingat Allah dan memperingatkan akan siksa-Nya, an-Nadhar bin al-Harits berteriak dibelakang Nabi saw, “Demi Allah, pembicaraan Muhammad tidaklah lebih dari pembicaraanku.” Kemudian mulailah ia menceritakan menceritakan raja Persia, Rustum dan Isfandiar. Selanjutnya ia mengatakan, “Dengan apa Muhammad akan menandingi pembicaraanku?”
  4. Berbagai perundingan dan tawar menawar untuk mempertemukan Islam dan jahiliyah dipersimpangan jalan.
“Mereka meginginkan supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka besikap lunak pula” (Al Qalam 68: 9)
“Katakanlah wahai orang-orang kafir…” (Al Kafirun 109: 1)

Contoh-contoh ini kami sebutkan karena ia pasti akan terulang pada setiap generasi. Gerakan Islam perlu memahami usaha-usaha ini agar para da’inya tidak terjebak kedalam jeratannya ketika menghadapi berbagai terror mental berupa penghinaan, pelecehan, tuduhan fanatic, jumud, extrimis, fundamentalis, dan lain-lain. Dalam hal ini, para da’i punya uswah pada diri Rasulullah saw yang mereka tuduh dengan tuduhan gila,“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Rabbmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila” (Al Qalam 68: 1-2)
Mereka menuduhnya pendusta, padahal sejarah manusia tidak pernah mengenal kejujuran sebagaimana kejujuran Nabi saw, bahkan mereka sendiri pernah memberikan kesaksian,
“Kami tidak pernah menyaksikan kamu berdusta.”
Media massa jahiliyah abad sekarang menuduh para da’i Islam dengan tuduhan bersekongkol melakukan maker, tidak bermoral, dan pembohong.
Hal lain yang akan dihadapi oleh para da’i ialah perusakan prinsi-prinsip Islam dengan cara memberikan gambaran yang terburuk kepada masyarakat. Terutama media massa sekarang, setiap harinya selalu menyuguhkan racun disekitar diri hanif ini. Pali banter mereka menyajikan Islam sebagai ajaran yang berlaku dimasa lalu dan sebagai gerakan nasionalisme Arab. Tetapi saat ini, ia tidak boleh berlaku lagi di era nasionalisme, sosialisme ilmiah, modernisasi, dan demokrasi. Islam telah melakukan peranannya dalam sejarah masa lalu. Di masa sekarang sudah tidak diperlukan lagi.  Ungkapan-ungkapan seperti ini adalah cara lama yang pernah menuduh al-Qur’an sebagai dongeng-dongeng orang-orang terdahulu.
Kaum muslimin perlu waspada terhadap berbagai terror mental yang dilancarkan oleh musuh-musuh mereka siang dan malam, untuk merusak citra para da’i, dakwah, dan agama Islam. Media massa seperti koran, radio, televisi, majalah, buku, teater, cerita, dan lain-lain. Wahai para pemuda dakwah, kalian dan agama kalian menjadi sasaran. Hanya kesabaran dan kesadaran yang akan menggagalkan serangan tersebut.

0 komentar: