Ikatlah Ilmu itu dengan Tulisan - Ali ibnu Abu Tholib

Assalamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Selamat datang saudaraku, kami ucapkan dalam blog ini semoga dapat memberi manfaat kepada anda dengan keberadaan blog ini. terimakasih telah mengunjungi kami.

Wasslamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

"Remember God in prosperity, and He will remember you in adversity (Ingatlah Allah dalam keadaan senang, niscaya Alah akan mengingatmu dalam keadaan susah." - Muhammad SAW.

Rabu, 16 Desember 2009

2012 Benarkah Kiamat??


Kiamat Itu Masalah Ghaib



Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.
Allahu Akbar
Dalam surah An-Nazi’at Allah swt. menjelaskan bahwa hanya Diri-Nyalah yang tahu (ilaa rabbika muntahaahaa). Sampai pun Rasulullah saw. tidak diberi tahu oleh Allah tentang tanggal dan tahun datangnya Kiamat. Berdasarkan ayat ini, mayoritas ulama berpendapat bahwa haram hukumnya meramal-ramal tentang datangnya hari Kiamat. Dan memang sejak dulu berbagai ramalan ditulis tentang datangnya hari Kiamat, namun semua ramalan tersebut meleset. Karenanya bagi orang-orang beriman tidak perlu ikut-ikutan sibuk dengan ramalan bahwa Kiamat akan datang pada tahun 2012. Mengapa? Karena beberapa alasan berikut:

Zuhud


Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. Terutama saat di hadapannya terbentang lebar kesempatan untuk meraih dunia dengan segala macam perbendaharaannnya. Apakah itu kekuasaan, harta, kedudukan, dan segala fasilitas lainnya. Karenanya, zuhud adalah karakteristik dasar yang membedakan antara seorang mukmin sejati dengan mukmin awam. Jika tidak memiliki keistimewaan dengan karakteristik ini, seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi dari manusia kebanyakan yang terkena fitnah dunia.

Apalagi seorang dai. Jika orang banyak mengatakan dia ”sama saja”, tentu nilai-nilai yang didakwahinya tidak akan membekas ke dalam hati orang-orang yang didakwahinya. Dakwahnya layu sebelum berkembang. Karena itu, setiap mukmin, terutama para dai, harus menjadikan zuhud sebagai perhiasan jati dirinya. Rasulullah saw. bersabda,”Zuhudlah terhadap apa yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia, maka manusia pun akan mencintaimu” (HR Ibnu Majah, tabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Makna dan Hakikat Zuhud
Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Qur’an, hadits, dan para ulama. Misalnya surat Al-Hadiid ayat 20-23 berikut ini.

Jumat, 18 September 2009

Qur'an Digital

kawan-kawan yang ingin mempunyai qur'an dalam bentuk digital, silahkan klik di sini . Qur'an berbentuk digital dalam format PDF ini saya harap bisa membantu kita dalam meningkatkan dan mengamalkan ibadah-ibadah kita.
amiinn.

LAYLATUL QADR

Bismillahirrahmanirrahiim

In the name of God, Most Gracious, Most Merciful We have indeed revealed this (Message) in the Night of Power: And what will explain to thee what the Night of Power is? The Night of Power is better than a thousand months. Therein come down the angels and the Spirit by God's permission, on every errand: Peace!...This until the rise of morn!

Surah 97 The Holy Qur’an

The Holy Qur'an contains a short surah dedicated to Laylatul Qadr. Surah Al-Qadr is the 97th surah and consists of five verses. However, these short verses carry great meaning and guidance. They tell us all we need to know about the essence and spirit of Laylatul Qadr.

Laylatul Qadr falls sometime within the last 10 days of Ramadhan.

"Seek it in Ramadan in the last ten nights. For verily, it is during the odd nights, the twenty-first, or the twenty-third, or the twenty-fifth, or the twenty-seventh, or the twenty-ninth, or during the last night." Sahih Hadith Ahmad 5:318
Laylatul Qadr is the most blessed night. A person who misses it has indeed missed a great amount of good. If an individual wants to obey his Lord, increase the good deeds in his record and have all past sins forgiven, they should take part in Laylatul Qadr.

“Whoever stays up (in prayer and remembrance of Allah) on the Night of Qadr fully believing (in Allah’s promise of reward for that night) and hoping to seek reward (from Allah alone and not from people), he shall be forgiven for his past sins.” Sahih Hadith Bukhari / Muslim
We should strive to find this night, and then pass it in worship and obedience. If this is done for the sake of Allah, with sincerity, then all past sins will be forgiven. However, if a person misses out on worship during Laylatul Qadr they truly are a deprived person.
This night is full of reward and blessing and is equivalent to a thousand nights of worship. Anyone who takes part in Laylatul Qadr will have worshipped an equivalent of eighty three years and three months. It is as if a person has spent an entire lifetime in non-stop worship.

“The Night of Power is better than a thousand months.” 97:3 The Holy Quran
"Allah's Messenger, sallallahu `alayhi wa sallam, looked back at the previous communities and saw that his community lived for a much shorter period in comparison to them. He was concerned about how his community would be able to gain as many rewards as those of the previous communities. So when Allah the Exalted saw the concerns in the heart of His Beloved, sallallahu `alayhi wa sallam, then he, sallallahu `alayhi wa sallam, was given Laylatul-Qadr, which is more virtuous than a thousand months." (Imâm Mâlik, Muatta)
Worship during this night can take on many forms. Here are a few suggestions to help you through Laylatul Qadr:

• Plan ahead if you are working. If you are going to spend a night awake in worship, book the following day off.

• Take regular breaks during the night to avoid getting over-exhausted. Try switching between different forms of worship instead.

• Perform Itikaaf (seclusion in a mosque for worship) – If possible, take a vacation for the last 10 days of Ramadhan. If you cannot stay at your local mosque ask family or friends to help out during your Itikaaf at home. If you cannot spend all 10 days in Itikaaf, then do as many days as you can - even if it is only one day.

• Increase the recitation of the Qur'an, and reflect on the meaning of the verses, especially the verses used in Salah. This will help you concentrate.

• Increase Salah (prayer).

• Find out if there are any events organised, and take your family along.

Doing all of the above activities may be too much to do throughout the night but is far better than social gatherings and meaningless talk that we stay awake for.

If your Arabic is not very strong then there are many good English translations of Qur'an and Hadith, which can be used instead. Other useful reading might include books of tafsir (Qura’n commentary), books on the lives of the Prophets (upon whom be peace), and books of fiqh (Islamic jurisprudence) as well as Du’a books.

The days of Laylatul-Qadr are an important time for worship, especially the last 10 days. We should pray sincerely from our hearts in order to be saved from the hellfire. This is a good opportunity not only to pray for ourselves but also for our fellow brothers and sisters, for if we can not do anything else then our prayers will help.

Ibn Abbas (RA) heard the Prophet (SAAWS) advising someone, saying, “Take advantage of five before five: You’re youth before your old age, your health before your sickness, your wealth before your poverty, your free time before you become occupied, and your life before your death.”

May Allah help us to purify our hearts, strengthen our faith, and enable us to meet every challenge, and overcome every difficulty in our lives. May Allah allow us to serve Him with sincerity in our work, study, professional, business, family and social lives. When the time comes for us finally to return to Him, may Allah admit us to the companionship of those whom He loves.

Kamis, 25 Juni 2009

Tarhib Ramadhan 2

Tarhib Ramadhan
Tiada ucapan yang lebih mulia yang dapat kita lafalkan untuk menyongsong Ramadhan, melebihi kita syukur kehadirat Ilahi Rabbi. Bersyukur sesuai dengan makna dan hakikat sebenarnya, bersyukur atas segala ni’mat-Nya. Pada tahun ini kita Insya-Allho akan kembali bertemu dengan tamu mulia bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah, rahmat, dan maghfirah, bulan diwajibkan shiyam dan diturunkan Al Qur’an sebagai hidayah untuk manusia. Malam diturunkan Al Qur’an disebut Kemuliaan (Lailatul Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan ibadah dan pembinaan kaum muslimin menuju derajat muttaqin.
Ramadhan merupakan hadiah dari Allah SWT untuk orang-orang beriman selama satu bulan dalam setahun. Hadiah Rabbaniyah agar derajat dan kualitas kemanusiaan mereka meningkat sehingga menjadi orang-orang yang bertaqwa. Suatu amal ibadah yang sangat bermanfaat bagi orang-orang beriman pada saat mereka membutuhkan kekuatan iman dan ruhiyah untuk menghadapi kondisi-kondisi sulit dan berat dalam kehidupan mereka. Dan dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan tambahan gizi kekuatan iman dan ruhiyah, sehingga posisi mereka meningkat naik jauh melebihi permasalahan yang dihadapi. Maka dalam suasana keimanan dan ruhiyah yang kuat, umat Islam dapat sukses mengatasi segala permasalahan hidupnya.
Ramadhan dating bukan untuk membuat umat Islam lemah, lesu, dan takut, karena melaksanakan ibadah shaum, tilawah Al-Qur’an dan Tarawih. Tetapi Ramadhan dating untuk membuat umat Islam lebih kuat, bersemangat, berani dan berjihad membebaskan ominasi musuh-musuhnya, baik musuh internal berupa syahwat dan syetan maupun musuh eksternal dari orang-orang kafir yang mengadakan kerusakan dimuka bumi. Demikianlah yang terjadi dalam perjalanan sejarah umat Islam di bulan Ramadhan.
Momentum tahunan Ramadhan ini, harus dipersiapkan oleh umat Islam dengan sebaik-baiknya sehingga Visi Ramadhan dapat tercapai, yaitu terealisirnya ketakwaan. Ketakwaan yang sebenarnya, ketaqwaan di seluruh lapangan kehidupan, ketaqwaan di rumah, ketaqwaan di masjid, ketaqwaan di kantor, ketaqwaan di sejkolah dan kampus, ketaqwaan di pasar, dan ketaqwaan di mana kita berada. Ketaqwaan inilah yang melahirkan keberkahan dari langit dan bumi, pembuka pintu rahmat Allah SWT dan jalan keluar dan solusi atas segala krisis multidimensional.
Khutbah Rasulullah menyambut Ramadhan
Rasulullah sangat gmbira dan memberikan kabar gembira kepada umatnya dengan datangnya bulan Ramadhan. Rasulullah menyebutkan keutamaan-keutamaannya dalam pidato penyambutan bulan suci Ramadhan:
Dari Salman Al Farisi ra. Berkata: “Rasulullah saw berkhutbah pada hari terakhir bulan sya’ban: ‘Wahai manusia telah dating kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang-orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun’. Kami berkata: ‘Wahai rosulullah saw tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa?’ Rasul bersabda: ‘Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Siapa yang meringankan orang yang dimilikinya, maka Allah mengampuninya dan dibebaskan dari api neraka. Perbanyaklah melakukan 4 hal; dua perkara membuat Allah ridha dan dua perkara Allah tidak butuh dengannya. 2 hal itu adalah; Syahadat Laa ilaha illallah dan beristighfar kepada-Nya. Adapun 2 hal yang Allah tidak butuh adalah engkau meminta surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang membuat kenyang orang berpuasa, Allah akan memberikan minum dari telagaku (Rasul saw) satu kali minuman yang tidak akan pernah haus sampai masuk.” (HR al-Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani).
Dalam hadist lain beliau barsabda: “Umatku diberi lima kebaikan pada bulan Ramadhan sesuatu yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya: Pertama, bau mulut seorang yang berpuasa lebih wangi dari bau misik. Kedua, malaikat memintakan ampun sampai berbuka. Ketiga, setiap hari Allah menghiasi surga milik orang yang berpuasa, kemudian berkata (pada surga): “Hamba-hamba yang shalih sebentar lagi akan melpas kepnatan dan kesusahannya dan datang kepadamu”. Keempat, syetan-syetan dibelenggu dan tidak dapat bebas berkeliaran sebagaimana bulan lain. Kelima, diampuni dosanya di akhir malam. Diantara sahabat berkata: “Wahai Rosulullah saw, apakah pada malam kemuliaan (Lailatul qadar)?” Rasul saw menjawab: “Tidak, tetapi seorang pekerja akan disempurnakan balasannya ketika pekerjaan selesai” (HR Ahmad, al-Bazzar, Abu Syaikh, al-Baihaqi, dan al-Asbahani). Subhanallah.

Kajian Konprehensif tentang Ramadhan, oleh Syariah Consulting Center

Jumat, 12 Juni 2009

TARHIB RAMADHAN


Istilah Tarhib Ramadhan sudah menjadi akrab di hati ummat Islam Indonesia. Setiap tahun menjelang datangnya bulan suci Ramadhan ummat menghadiri kegiatan bernama Tarhib Ramadhan. Kata tarhib berasal dari akar kata yang sama yang membentuk kata Marhaban. Sedangkan marhaban artinya selamat datang atau welcome. Maka Tarhib Ramadhan berarti Selamat Datang Ramadhan atau Welcome Ramadhan.
Seorang muslim perlu membangun sikap positif dalam menyambut kedatangan bulan istimewa Ramadhan. Bahkan berdasarkan sebuah hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam biasanya sejak dua bulan sebelum datang Ramadhan sudah mengajukan doa kepada Allah ta’aala dalam rangka Tarhib Ramadhan atau welcoming Ramadhan.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ
Adalah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam apabila memasuki bulan Rajab berdoa: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan berkahilah kami di bulan Ramadhan.” (HR Ahmad 2228)
Rajab, Sya’ban dan Ramadhan merupakan bulan ketujuh, kedelapan dan kesembilan dari sistem kalender Hijriyah Ummat Islam. Hadits di atas seolah mengisyaratkan bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam punya kebiasaan menyambut kedatangan Ramadhan bahkan dua bulan sebelum ia tiba. Artinya, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ingin menggambarkan betapa istimewanya Ramadhan sehingga dua bulan sebelumnya sepatutnya seorang Muslim sudah mulai mengkondisikan diri menyambut Ramadhan lewat do’a seperti di atas.
Mengapa Ramadhan dipandang sebagai bulan istimewa? Coba perhatikan beberapa hadits di bawah ini:
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu katanya: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Apabila tiba bulan Ramadan, dibuka pintu-pintu Syurga dan ditutup pintu-pintu Neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu.” (HR Muslim 1793)
Al-Qadhi Iyadh rahimahullah berkata: “Ada kemungkinan yang dimaksud adalah makna yang sebenarnya, dan yang demikian itu merupakan tanda bagi para malaikat akan masuknya bulan Ramadhan, penghormatan terhadapnya serta dicegahnya syetan untuk mengganggu kaum muslimin. Ada pula kemungkinan ini merupakan isyarat akan banyaknya pahala serta pengampunan dan berkurangnya gangguan syetan, sehingga mereka seperti orang-orang yang terbelenggu.”
Al-Qadhi Iyadh rahimahullah melanjutkan bahwa kemungkinan yang dimaksud dengan ”pintu-pintu surga dibuka” adalah ungkapan bentuk-bentuk ketaatan yang Allah ta’aala buka untuk hamba-hambaNya, dan yang demikian itu merupakan sebab-sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Sedangkan yang dimaksud dengan ”pintu-pintu nerkaka ditutup” adalah ungkapan akan dipalingkannya keinginan untuk mengerjakan kemaksiatan yang menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. Adapun kalimat ”syetan dibelenggu” merupakan ungkapan ketidakmampuan mereka untuk membuat tipu daya dan menghiasi syahwat.”
Jika demikian, mengapa kita masih melihat kejahatan dan maksiat di bulan Ramadhan? Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: ”…kemaksiatan itu disebabkan oleh sejumlah faktor selain syetan: seperti jiwa yang buruk, kebiasaan tidak baik dan syetan dari jenis manusia.”
Oleh karenanya, seberapa besar kebaikan akan diperoleh seseorang sangat bergantung kepada bagaimana orang itu sendiri menyikapi dan menyambut kedatangan Ramadhan. Bila ia sikapi dan sambut Ramadhan dengan suka cita, insyaAllah Ramadhan akan menjadi pembuka rahmat Allah ta’aala dan pintu surga baginya.
Namun sebaliknya bila ia masih saja tidak peduli dengan kesucian Ramadhan maka jangan harap ia akan bisa memperoleh kebaikan darinya. Sangat mungkin ia malah menjadi orang yang penuh kegusaran di bulan Ramadhan. Sebuah rasa gusar yang menghasilkan penyesalan di saat api neraka sudah terlihat di depan matanya.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ
مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ
يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-pintu neraka ditutup dan tak satupun yang dibuka dan pintu-pintu surga dibuka dan tak satupun yang ditutup. Lalu ada penyeru yang menyerukan: ”Wahai para pencari kebaikan, sambutlah (songsonglah) dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah (hindarilah).” Dan Allah ta’aala memiliki perisai dari api neraka. Dan yang demikian terjadi setiap malam.” (HR Tirmidzi 618)
Saudaraku, marilah kita memohon kepada Allah ta’aala agar memasukkan kita ke dalam golongan para pencari kebaikan di dalam bulan Ramadhan, bahkan sepanjang hayat. Marilah kita berdoa semoga Allah ta’aala jauhkan kita dari masuk ke dalam golongan pencari kejahatan di bulan Ramadhan apalagi seumur hidup. “Ya Allah, berkahilah kami dalam sisa bulan Sya’ban ini dan berkahilah kami di bulan Ramadhan.” Amin, ya Rabb.-

Minggu, 07 Juni 2009

Siapakah Al-Ghurabaa

Siapakah Al-Ghurabaa (Orang-orang Yang Terasing)?

Rasulullah (saw) besabda:

“Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing; dan akan kembali sebagai sesuatu yang asing. Beruntunglah bagi orang-orang yang terasing. “Para sahabat kemudian bertanya: ‘Siapa orang-orang asing Yaa Raslulullah?’ ‘Mereka adalah orang-orang yang mencegah yang munkar ketika orang-orang mulai melakukan kerusakan.’”

Tujuan kita yang paling akhir adalah meraih ridha Allah (swt) dan memasuki Jannah (dalam wujud burung-burung hijau – sebagaimana telah dijanjikan untuk para syuhada) hanya bisa terpenuhi ketika kita mencegah yang munkar dan tetap berdiri teguh pada jalan yang benar pada saat orang-orang benar-benar telah berbuat kerusakan. Dalam kehormatan dengan kisah yang sama, Imam Ahmad berkata: “Mereka (orang-orang yang terasing) adalah seseorang yang tinggi (iman-nya) ketika orang-orang menjadi kurang (iman-nya).



Dalam hadits yang sama yang di sampaikan oleh Abdullah bin Mas’ud (ra) Rasulullah (saw) ditanya:

“Yaa Rasulullah siapa mereka (Al ghurabaa)?’ beliau (saw) menjawab: ‘an Nuzzaa’ min al Qabaa-il (orang-orang yang menarik dirinya dari kaumnya).’”

An Nuzzaa’ (orang-orang yang menarik dirinya) mempunyai dua arti:

Orang-orang yang benar-benar menarik dirinya dari bangsa mereka, kebiasaan keluarga dan tradisinya.

Orang-orang yang meninggalkan negeri mereka atau tempat tinggal mereka dengan tujuan melaksanakan jihad (berperang memerangi musuh Allah).

Rasulullah (saw) telah memuji An Nuzzaa’ sebagaimana mereka adalah orang-orang yang meninggalkan semua bentuk kerusakan, nesionalisme, pergaulan bebas, kebiasaan, tradisi dan sebagainya murni hanya untuk Allah semata, tidak pernah merasa takut dari kesalahan orang-orang yang salah. Mereka adalah orang-orang yang akan menjadi minoritas dan terasa sebagai orang-orang yang asing mereka tidak pernah kompromi mencintai Allah dan RasulNya (saw). An Nuzzaa’ adalah berasal dari kata an naza’ (menarik) dan digunakan untuk permasalahan pada saat ruh dicabut dari tubuh oleh malaikat kematian. An Nuzza’ adalah orang-orang yang berada dalam surga, yang telah mengorbankan bangsa mereka, karier, kebiasaan, dan kultur mereka. Kita melihat mereka secara teratur berangkat ke seberang kerajaan Allah (ber-hijrah), mencegah kemungkaran dan memerangi mereka orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.

Dalam riwayat Abdullah bin Amr bin Al Ash (ra) beliau (saw) berkata:

“Ketika kami bersama mereka kemudian beliau berkta ‘Toobaa lil Ghurabaa (surga bagi Al Ghurabaa), kami bertanya: ‘siapa mereka?’ beliau (saw) menjawab: ‘mereka adalah orang-orang yang terbaik dan jumlahnya sangat sedikit di bandingkan dengan kebanyakan.” (Sahih uslim, Ibn Maajah, Musnad Imaam Ahmad, al-Bukhaari dan-Tirmidhi)

Nabi Muhammad (saw) juga berkata: “di dunia seperti orang asing atau orang-orang yang dilewati.” Siapa saja yang hidup dalam dunia ini sebagai seseorang yang di lewati akan menjadi ghariib (tunggal dari ghurabaa’). Ghurabaa’ mempunyai keimanan dan karekteristik yang khas; selalu melaksanakan apa yang Allah (swt) dan RasulNya perintahkan kepada mereka untuk dilaksanakan, juga menjauhi dari sesuatu yang terlarang.

Juga diriwayatkan dalam Tirmidzi dan Abu Dawud bahwa Rasulullah (saw) bersabda:

“Akan datang di suatu masa ketika orang-orang memegang teguh Dien akan menjadi seperti memegang bara api di tangannya. Seseorang yang teguh berdiri akan mendapatkan pahala dari lima puluh orang.” Sahabat kemudian bertanya: ‘akankah mereka mendapatkan pahala lima puluh orang di antara kita atau di antara mereka?’ beliau (saw) menjawab: ‘mereka mendapatkan pahala lima puluh orang dari kalian.’”

Para Shahabat rasulullah (saw) tidak berhadapan dengan permasalahan yang kita hadapi pada saat ini, seperti membuktikan sebuah hadits itu shahih, sebagaimana mereka bisa bertanya langsung kepada beliau (saw). Tidak juga mereka mempunyai masalah dari beberapa ulamaa’ sebagaimana mereka mempunyai Nabi (saw) untuk mengajari mereka Dien. Dengan pasti untuk mengikuti Nabi Muhammad (saw) tanpa melihatnya, jarak (waktu) yang begitu jauh, lebih sulit daripada mereka para sahabat yang telah bersama Rasulullah, dimana para Shahabat mempunyai kesempatan untuk belajar dari beliau secara langsung. Selanjutnya kita bisa mendapatkan lebih banyak pahala dari yang seharusnya karena kita berhadapan dengan kesulitan yaitu kita tidak bersama Rasulullah (saw).

Jadi Siapa Al-Ghurabaa?

Al Ghurabaa adalah orang-orang yang taat pada Allah (swt) semata, mengikuti Syari’ah dalam setiap aspek kehidupan. Mereka menyembah, menaati dan mengikuti tidak lain karena Allah, juga tidak berkaitan apakah dia laki-laki atau wanita atu benda padaNya. Mereka adalah contoh untuk mengikuti Rasulullah (saw) dan para Shahabatnya (ra). Tauhid adalah karakteristik mereka sebagaimana mereka memberikan ibdah mereka tiada lain hanyalah Allah semata:

Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al An’am 6 : 162)

Mereka jauh dari mayoritas, bertindak sesuai dengan apa yang telah Allah informasikan kepada manusia:

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS Al An’am 6 : 116)

Ghurabaa yang benar tidak pernah melakukan kerusakan, kultur atau tradisi yang batil (cara kebanyakan orang yang salah sebelumnya kehidupan yang rusak). Ghurabaa membenci semua apa yang mereka lakukan sebelumnya dan segala bentuk ke-jahil-an mereka berada diseberangnya, lebih lanjut, kita tidak akan melihat mereka melaksakan pemungutan suara untuk hukum buatan manusia, menyeru kepada kebebasan, sekulerisme, demokrasi, bersumpah setia pada presiden atau melakukan bentuk ke-kufur-an atau ke-syirik-an.

paksi.net