Ikatlah Ilmu itu dengan Tulisan - Ali ibnu Abu Tholib

Assalamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Selamat datang saudaraku, kami ucapkan dalam blog ini semoga dapat memberi manfaat kepada anda dengan keberadaan blog ini. terimakasih telah mengunjungi kami.

Wasslamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

"Remember God in prosperity, and He will remember you in adversity (Ingatlah Allah dalam keadaan senang, niscaya Alah akan mengingatmu dalam keadaan susah." - Muhammad SAW.

Kamis, 01 Maret 2012

Son, this is your first sun..


Masih lekat di ingatan ayah, saat kau terbentuk dan memasuki usia dua bulan dalam janin ibumu. Saat itu kami, ayah, ibu, nenek, om, dan beberapa teman ibumu sedang melakukan perjalanan untuk berkunjung mengadiri pesta pernikahan di Banjarnegara. Ibumu merasakan masuk angin dan rasa mual yang luar biasa hingga tubuhnya berkeringan dingin meski mobil yang kami naiki ber-ac. Baru setelah beberapa hari pulang perjalanan, tamu ibumu yang rutin datang tak kunjung hadir, menstruasi. Kami memutuskan untuk periksa ke dokter. Pemeriksanaan menyatakan kau ada di dalam perut ibumu. Ibumu hamil kamu.

Kebahagiaan pun senantiasa bersambut. Berita bahagia pertama ini membuncahkan seluruh rumah, nenekmu Semarang sangat senang cucunya tujuh bulan lagi akan keluar. Ibumu juga merasakan bahagai setengah mati. ‘Sebentar lagi aku akan jadi ibu,’ serunya.  Selanjutnya ayah yang beberapa hari lalu mendapat info lowongan di kemenag Kudus, segera ayah meminta ibumu untuk mendaftar dan optimis dia akan diterima karena ini adalah rejeki kita, ayah, ibu, dan kamu. Dan Alhamdulillah, beberapa bulan setelah melalui bermacam-macam proses akhirnya ibumu diterima sebagai salah satu CPNS di kota Kudus. Kota kelahiran ayahmu.

Barangkali akibat kesibukan ibumu mengurus administrasi di kantor barunya mengakibatkan kamu juga aktif dan sering berputar-putar dalam perutnya. Masuk bulan ke 6 kepalamu sudah terlihat di dalam tampilan USG. Dan perjuangan ibumu juga tak berhenti, dia disuruh untuk sujud atau menungging agar kamu juga ikut berputar meski ibumu tidak suka dengan posisi itu, bikin sesak nafas katanya.

Namun karena betapa kuatnya ibumu dan dirimu, memasuki bulan Ramadhan terkadang dibuatnya bolak-balik untuk pulang Semarang dengan atau tanpa ayah jemput, meski kadang ayah yang sering pulang untuk menjenguk kalian ke Kudus. Tapi itu tak lama, karena permohonan pindah kerja ayah diterima. Akhirnya ayah bisa menjaga ibumu dan memeriksakan kalian dengan mudah. 

Memasuki bulan ke delapan kamu masih senang berputar-putar. Ternyata ini berefek yang akhirnya membuat ibumu sering keluar masuk kamar mandi untuk buang air. Bahkan kalau ayah hitung, ibumu bisa lebih lama dikamar mandi daripada di kamar tidur. Alhamdulillah eyangmu di Kudus ini senantiasa menguatkan kami  bahwa inilah pengorbanan orangtua untuk anaknya. Semoga kelak kau tak kan lupakan itu.

Persiapan kami untuk kedatanganmu ke dunia pun lebih ketat. Khawatir kamu tidak mau untuk lahir normal, beberapa bujet sudah kami hitung termasuk rencana untuk hutang sana-sini. Dan penjagaan berat badanmu agar tidak terlalu besar untuk anak yang akan lahir secara sungsang mengakibatkan penjagaan pola makan ibumu berkurang.

Memasuki bulan ke Sembilan, setelah memastikan kepada bidan rumah kamu masih suka dengan posisi sungsang, kami hanya bisa berdoa dan berharap kaupun mendengarkan suara kami dari luar sini. Setelah disertai kesibukan rutin pengajian ibumu yang hamil besar itu dan muter-muter pasar segala, ayah mengantar ibumu periksa USG dan mendapat kabar baik, kamu sudah pada posisi mapan. Sudah pada posisi normal. Tapi sang dokter mengatakan, si kecil harus keluar malam ini karena indikasi persediaan air ketubanmu sudah berkurang banyak. ‘Bisa jadi, ini terjadi bersamaan dengan merembesnya keputihan atau saat buang air’ tambahnya.

Ayah dan ibumu merasa bingung karena jadwal kamu keluar adalah satu pekan lagi, bukan malam ini. Akhirnya kami persiapkan semuanya termasuk menghubungi nenekmu Semarang. Dibantu dengan eyang Kudus, kamipun berangkat ke RSI. Perjuangan baru ibumu dimulai dari sini.

Setelah mendapat induksi, ibumu merasakan kesakitan bukan main. Kontraksi yang dirasakan serasa perutnya diremas-remas dari dalam. Dan ayah hanya bisa menunggui, berdoa dan memegang tangan ibumu. Malam semakin larut, eyang dan nenekmu ayah minta untuk pulang, agar bisa bergilir untuk menemani ibumu besoknya. Dokter malam itu memperkirakan kau akan lahir pagi hari.

Selepas  pukul 10 malam, ibumu sudah tak tahan lagi. Sempat ayah menawarkan untuk operasi Caesar, namun ibumu menolaknya. Ia ingin melahirkanmu secara normal. Tepat setelah itu para perawat datang melakukan kontrol. Lalu menyarankan untuk di bawa ke ruang melahirkan agar pengawasan lebih intensif. Kami berpisah malam itu. Ayah tidak boleh menemani ibumu di sana.

Pukul 12 lebih ayah bangun untuk melakukan sholat malam. Dalam doa ayah, ayah memohon untuk memudahkan proses persalinan ibumu. Ayah membaca doa-doa yang diberikan oleh eyang kudus sebelum berangkat ke Rumah Sakit. Hanya itu yang bisa ayah lakukan.

Waktu serasa cepat berputar, dan ada ketukan dari pintu kamar yang menyuruh ayah untuk datang ke ruang perawat. Kemudian di kabarkan kau sudah lahir.

‘Pak  Bagus, anaknya sudah lahir. Kelaminnya laki-laki, beratnya 2,9 kg, panjangnya 49 cm. Semuanya normal insyaAlloh. Monggo di azani.’ Kata perawat sambil mendorong kereta berisi kamu.

Ayah bahagianya bukan main. Ayah melihat kamu masih ada bekas air ketuban di seluruh tubuhmu. Kepalamu, tanganmu, dan kaki kamu yang tampak sedikit biru. Tapi kata perawat itu akan hilang setelah dimandikan.

Ayah memulai azan di telinga kananmu dan meng-iqomati telinga kirimu. Kemudian ayah keluar mengurus administrasi kelahiranmu setelah diberitahukan kondisi ibumu sudah baikan dan normal. Ayah juga menghubungi eyang di rumah. Mengabarkan kepada om kamu kalau kamu sudah lahir. Kami semua bersyukur kamu telah lahir dengan normal dan lancar.

Pagi, setelah nenek, om, dan mbak kamu datang, ayah pun pulang ke rumah bergantian jaga. Sekembalinya dari rumah, ayah melihat ibumu sudah berada di kamar inap. Ayah menyapa dan memeluk ibu seraya memberi selamat.

Pukul delapan lebih kamu baru dikeluarkan dari ruang bersalin lalu diantarkan ke kamar untuk menyusu ke ibumu. Perawat juga berpesan untuk di bawa keluar kamar. Sekitar pukul Sembilan kami keluar kamar bersamamu. Lalu duduk di bangku yang disinari matahari hangat. Kami membuka baju dan celanamu agar seluruh tubuhmu terkena hangatnya sinar matahari. Tampak dari mukamu yang masih merah, kamu sangat menyukainya.

‘Dia lucu ya.. insyaAllah soleh, dan jadilah pejuang Islam kelak.’ Kata ibumu sambil menatapmu lekat.

’Tanggal 20 bulan 11 tahun 2011. Cantik angkanya, 20.11.2011,’ tambahnya.

‘Siapa kira-kira namanya? Kita sudah punya Luqman, tambah apa lagi?’

‘Sudah ada tambahannya. Tadi setelah subuh ayah mencari nama yang bagus. Ada kata Dhiya, yang artinya cahaya. Dan Hakim, sang bijaksana. Gimana kalau Luqman Dhiya Al Hakim? Luqman Dhiyaul Hakim.’ Kata ayah.
 
Son, this is your first sun..’ bisik ayah.


0 komentar: