Ikatlah Ilmu itu dengan Tulisan - Ali ibnu Abu Tholib

Assalamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Selamat datang saudaraku, kami ucapkan dalam blog ini semoga dapat memberi manfaat kepada anda dengan keberadaan blog ini. terimakasih telah mengunjungi kami.

Wasslamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

"Remember God in prosperity, and He will remember you in adversity (Ingatlah Allah dalam keadaan senang, niscaya Alah akan mengingatmu dalam keadaan susah." - Muhammad SAW.

Selasa, 19 Oktober 2010

Keluarga

KELUARGA, satu kata inilah yang menjadikan kita ada. Ketika kata ini tidak tercipta, pastinya Adam dan Hawa takkan pernah bertemu dan melahirkan putra putri mereka yang selanjutnya  dari keturunan-keturunan mereka pada akhirnya melahirkan kita karena mereka menjalin hubungan keluarga.

Begitulah adanya, kita diciptakan oleh Alloh berpasang-pasangan.  Selayaknya yang tercantum dalam surat Ar-Rum: 21

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang.”

Maka Alloh telah mencantumkan di dalam takdir setiap manusia tentang semuanya, termasuk jodohnya dengan siapa. Tentang jodoh ini yang terkadang kita masih meraba-raba siapa dan dimana, menurut saya, karena saya percaya nama istri saya sebenarnya sudah tercatat dalam lauful mahfudz-Nya, yang terpenting adalah bagaimana kita menjemputnya. Apakah dia akan kita jemput dengan jalan yang akhsan atau sebaliknya.

Bukankah itu yang akan menjadi penilaian Alloh terhadap kita.
Tentang bagaimana kita melalui waktu di dunia ini seperti apa. Sama contohnya dengan cara kita menjemput rezeki. Akan kita jemput dengan cara kerja keras hingga mengalirkan keringan dan niatan yang baik karena Alloh, maka akan melahirkan rezeki yang bukan hanya mengenyangkan tapi juga barokah. Atau akan kita jemput dengan cara negatif??

Sama halnya dengan jodoh kita, akan kita jemput dengan dengan cara yang baik ataukah dengan cara yang seperti umumnya manusia millennium sekarang ini. Mereka saling mencari pasangan dengan berpacaran, TTM-an (teman tapi mesra), HTS-an (hubungan tanpa status), atau ajang cari jodoh yang sekedar menonjolkan fisik tubuh tanpa melihat batas-batas syar’i yang sebenarnya sudah diketahui oleh semua orang.

Bahwasannya kita tahu kesemuannya yang tersebut di atas adalah salah ketika kita lakukan untuk menjemput jodoh kita yang nantinya akan menjadikan kita sebuah keluarga. Tidak akan ada sebuah keberkahan didalamnya apabila kita melalui sebuah ibadah dengan cara yang salah. Bukankah di dalam keluarga kita nantinya, akan kita harapkan menjadi keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah??

Dalam hal ini saya mengutip beberapa kalimat dari ustadz Muhammad Abduh dalam bukunya Ada Surga di Rumahku yang menjabarkan ketiga kata tersebut. beliau menyampaikannya, bahwa keluarga yang sakinah mawadah wa rahmahi berarti:

Keluarga Sakinah yang bermakna adanya ketenangan jiwa atas seseorang istri yang akan menjadi pujangga mata dari suaminya agar sang suami tidak berpaling kepada wanita lain. Demikian juga seorang suami hendaklah menjadi pujangga mata istrinya agar sang istri tidak memikirkan selain suaminya.

Adapun Mawadah adalah sebuah perasaan saling mencintai yang membuat hubungan suami istri dilakukan atas dasar ridha, cinta dan bahagia. Bukan karena harta, gengsi dan keterpaksaan. Karena ketiganya itu akan menjadi berlawanan. Seorang yang menikah karena ketiganya itu maka akan menjerumuskannya kepada niatan-niatan yang melenceng dari tujuan awal pernikahan.

Sedangkan Rahmah bukanlah suatu bentuk belas kasihan akan tetapi perasaan yang melahirkan kelembutan yang berkesinambungan, sopan dan akhlaq mulia. Ini akan melahirkan sebuah kenikmatan dan keberkan yang paling mulia. Dan inilah yang akan menjadi salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan-Nya seperti yang tertera dalam surat Ar-Rum.

Dan terakhir, ini adalah merupakan langkah ke dua dalam memulai Tahapan-tahapan Dakwah setelah mengasah diri menjadi seorang muslim sejati. Bukanlah suatu proses yang sulit namun juga bukan suatu proses yang bisa dikatakan mudah. Karena dalam hal ini adalah sebuah proses menyatukan banyak kepala. Bukan hanya dua. Tapi niatan kita untuk mendorong anak-anak agar berkeinginan secara naluri mengikuti perilaku orang tua-orang tua mereka yang menjejakkan kakinya di jalan ini.

Written by: Sumodisastro

Wallahu’alam bishowab

0 komentar: